Allah Turunkan Taurat, Zabur, Injil untuk Manusia Agar Jadi Bertaqwa
Seperti diketahui, Kitab Allah Al Qur’anul Karim sangat menghormati dan sangat menghargai Kitab-Kitab Allah At Taurat, Az Zabur dan Al Injil yang oleh Kitab Allah Al Qur’anul Karim disebut sebagai Wahyu-Wahyu yang diturunkan Allah Azza wa Jalla sebelum Kitab Allah Al Qur’an.
Menurut Kitab Allah Al Qur’anul Karim, wahyu-wahyu yang diturunkan Allah sebelum Kitab Allah Al Qur’anul Karim tersebut adalah At Taurat yang dibaca insan-insan yang mukmin dan saleh yang bernafaskan Yahudi yang diturunkan melalui Nabi Musa a.s. dan Az Zabur yang diturunkan melalui Nabi Dawud a.s. dan Al Injil yang dibaca insan-insan mukmin dan saleh yang bernafaskan Nashara yang diturunkan melalui Nabi ‘Isa a.s. Sesungguhnya Allah tidak menurun wahyu-wahyu sebelum Qur’an hanya untuk orang-orang Bani Isra’il dan orang orang Kristian sahaja, tapi untuk umat manusia, maknanya untuk sembarang orang tanpa pandang bulu. Allah tidak hanya Rabb Nya satu golongan sahaja. Allah bukan raja daripada sekta atau taifan-taifan tertentu sahaja. Allah jauh daripada sifat sektarian. Allah jauh daripada memiliki pandangan politik sektarian!
Allah adalah qul ‘a’adzu bi rabbinnaas. Ilahinnaas. QS An Nas [114], ayat 1 dan ayat 3.
Kitab Allah Al Qur’anul Karim tidak pernah berkata bahwa At Taurat dan Al Injil dan Az Zabur itu jelek dan rendah nilainya. Menurut Kitab Allah Al Qur’anul Karim, At Taurat dan AI Injil itu dari Allah Azza wa Jalla. Bukan dari Syaitan!
Kitab Allah Al Qur’anul Karim justru mengkritik siapapun orang yang merasa Ahli Kitab maknanya semua orang-orang mukmin dan saleh yang bernafaskan Yahudi dan Nashara maupun Al Islam baik perorangan maupun golongan dan segala macam parti-parti.
Oleh Kitab Allah Al Qur’anul Karim, mereka dikritik tidak sungguh-sungguh pada pesan-pesan amanah ilahi yang, oleh Allah Azza wa Jalla, disampaikan kepada nabi-nabi yang diutus Allah. Oleh Kitab Allah Al Qur’anul Karim, siapapun yang merasa Ahli Kitab yakni orang-orang mukmin dan saleh yang bernafaskan Yahudi dan Nashara maupun Al Islam baik perorangan maupun golongan dan segala macam parti-parti dan taifan-taifan dan sekta-sekta, pokoknya semua manusia, justru diperintahkan untuk bersungguh-sungguh dalam membaca, merenungkan dan mengamalkan pesan-pesan amanah ilahi yang dipelihara oleh Kitab At Taurat, Az Zabur dan Al Injil.
Disebutkan dalam Kitab Allah Al Qur’anul Karim Surah Al Ma’idah [5] ayat 44 bahawa di dalam Kitab-Kitab Allah sebelum Kitab Suci Al Qur’anul Karim tersebut yakni At Taurat dan Al Injil itu ada hidayah, tuntunan, dan nur yang menerangi segala manusia tanpa pandang bulu.
إِنَّا أَنزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ ۚ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ وَالْأَحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوا مِن كِتَابِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَاءَ ۚ فَلَا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلَا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلًا ۚ وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَا أَنزَلَ اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat, yang mengandungi petunjuk dan cahaya yang menerangi; dengan Kitab itu nabi-nabi yang aslam menyerah diri (kepada Allah) menetapkan hukum bagi orang-orang Yahudi, dan ulama mereka dan pendita-penditanya (menjalankan hukum Allah), sebab mereka diamanahkan memelihara dan menjalankan hukum-hukum dari Kitab Allah (Taurat) itu, dan mereka pula adalah menjadi penjaga dan pengawasnya. Oleh itu janganlah kamu takut kepada manusia tetapi hendaklah kamu takut kepadaKu; dan janganlah kamu menjual (membelakangkan) ayat-ayatKu dengan harga yang sedikit (kerana mendapat rasuah, pangkat dan lain-lain keuntungan dunia); dan sesiapa yang tidak menghukum dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir.
Dan Surah Al Ma’idah [5]:46 …
وَقَفَّيْنَا عَلَىٰ آثَارِهِم بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرَاةِ ۖ وَآتَيْنَاهُ الْإِنجِيلَ فِيهِ هُدًى وَنُورٌ وَمُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ التَّوْرَاةِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةً لِّلْمُتَّقِينَ
Dan Kami utuskan Nabi Isa Ibni Maryam mengikuti jejak langkah mereka (para Nabi-nabi Allah), untuk membenarkan Kitab Taurat yang diturunkan sebelumnya; dan Kami telah berikan kepadanya Kitab Injil, yang mengandungi petunjuk hidayah dan cahaya yang menerangi, sambil mengesahkan benarnya apa yang telah ada di hadapannya dari Kitab Taurat, serta menjadi petunjuk dan nasihat pengajaran bagi orang-orang yang bertaqwa.
Kitab Allah Al Qur’anul Karim seringkali menyebutkan bahawa di dalam At Taurat, Az Zabur dan Al Injil itu ada tuntunan ilahi dan nur ilahi.
Kitab Allah Al Qur’anul Karim bahkan berulang-ulang mengakui kesalehannya insan-insan mukmin dan saleh yang bernafaskan Nashara dan kesalehannya insan-insan saleh yang bernafaskan Yahudi dan kesalehannya insan-insan yang bernafaskan al Islam yang ketika itu pada zaman dahulu itu baru muncul sebagai tradisi kesalehan yang sungguh-sungguh nyata dan bukan main-main dan tidak boleh dipandang sebelah mata. Itu sudah kebiasaan yang tidak boleh kita tolak.
Sesesungguhnya mereka itu orang-orang mukmin, bukan Zionis dan bukan politik-politik Kristian.
Disebutkan di dalam Kitab Al Qur’anul Karim di Surah Yunus [10], ayat 94 …
فَإِن كُنتَ فِي شَكٍّ مِّمَّا أَنزَلْنَا إِلَيْكَ فَاسْأَلِ الَّذِينَ يَقْرَءُونَ الْكِتَابَ مِن قَبْلِكَ ۚ لَقَدْ جَاءَكَ الْحَقُّ مِن رَّبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ
Oleh sebab itu, sekiranya engkau merasa ragu-ragu tentang apa yang Kami turukan kepadamu, maka bertanyalah kepada orang-orang yang membaca kitab-kitab yang diturunkan dahulu daripadamu. Sesungguhnya telah datang kepadamu kebenaran dari Tuhanmu, maka jangan sekali-kali engkau menjadi dari golongan yang ragu-ragu.
Menurut pandangan Kitab Allah Al Qur’anul Karim, yang diamanahkan para nabi Allah adalah ketauhidan dan kepasrahan kepada Tuhan Allah Yang Maha Esa.
Dalam perihal Ketauhidan dan kepasrahan kepada Tuhan Allah Yang Maha Esa, At Taurat, Az Zabur, Al Injil, Al Qur’an bagaikan mata rantai yang saling bergandengan dan berkaitan dan tidak boleh terpisahkan.
Oleh karena itulah, oleh Kitab Allah Al Qur’anul Karim, insan-insan mukmin dan saleh yang bernafaskan Yahudi dan insan-insan mukmin dan saleh yang bernafaskan Nashara dan juga yang bernafaskan al Islam, siapapun yang membaca dan mengamalkan Kitab-kitab Allah sebelum Al Qur’an diberi gelar kehormatan yaitu Ahli Kitab.
Gelar Ahli Kitab bukan gelar sektarian dan bukan gelar yang mengacu pada taifan-taifan tertentu sahaja, tapi gelar kehormatan untuk barangsiapa yang mengimani dan mengamalkan pesan-pesan Allah melalui Kitab-Kitab Allah sebelum Al Qur’an, yaitu Kitab Taurat, Zabur dan Al Injil.
Kitab Allah Al Qur’anul Karim dalam Surah Ali ’Imran [3]:113 menceritakan bahwa para Ahli Kitab yakni insan-insan mukmin dan saleh yang bernafaskan Yahudi dan insan-insan mukmin dan saleh yang bernafaskan Nashara itu dan juga siapapun insan-insan mukmin dan saleh yang bernafaskan al Islam yang ketika itu masih baru muncul, oleh Kitab Allah Al Qur’anul Karim, disebut sebagai insan-insan saleh yang memiliki akhlak serta kebiasaan yang mulia yakni mentilawatkan Wahyu-Wahyu Ilahi dalam Kitab-Kitab At Taurat, Az Zabur, dan Al Injil yakni Kitab-Kitab yang ada sebelum Kitab Al Qur’an.
QS Ali ’Imran [3]:113 …
لَيْسُوا سَوَاءً ۗ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ أُمَّةٌ قَائِمَةٌ يَتْلُونَ آيَاتِ اللَّهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُونَ
Ahli-ahli Kitab itu tidaklah sama. Di antaranya ada golongan yang tetap istiqamah membaca ayat-ayat Allah pada waktu malam, semasa mereka sujud (mengerjakan sembahyang).
Bahkan beberapa kali, salah satunya di Surah Aali ’Imraan 187, Kitab Allah Al Qur’anul Karim mengatakan bahwa insan-insan saleh yang memiliki akhlak serta kebiasaan yang mulia yang bernafaskan Yahudi dan insan-insan mukmin dan saleh yang memiliki akhlak serta kebiasaan yang mulia yang bernafaskan Nashara dan juga siapa saja yang dari al Islam yang ketika itu baru muncul sebagai insan-insan, yang oleh Allah Azza wa Jalla, diberi hidayah Kitab Suci.
Disebutkan dalam Surah Ali ’Imran [3]:187 …
وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَتُبَيِّنُنَّهُ لِلنَّاسِ وَلَا تَكْتُمُونَهُ فَنَبَذُوهُ وَرَاءَ ظُهُورِهِمْ وَاشْتَرَوْا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا ۖ فَبِئْسَ مَا يَشْتَرُونَ
Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil perjanjian setia dari orang-orang yang telah diberikan Kitab (iaitu): “Demi sesungguhnya! Hendaklah kamu menerangkan isi Kitab itu kepada umat manusia, dan jangan sekali-kali kamu menyembunyikannya.” Kemudian mereka membuang (perjanjian setia) itu ke belakang mereka, serta mereka menukarnya dengan mengambil faedah dunia yang sedikit. Maka amatlah buruknya apa yang mereka dapati dari penukaran (Kalamullah dan janjiNya) itu.
Dan disebutkan di dalam Kitab Allah Al Qur’anul Karim bahwa insan-insan mukmin dan saleh yang bernafaskan Yahudi dan insan-insan mukmin dan saleh yang bernafaskan Nashara dan siapapun insan-insan mukmin dan saleh yang bernafaskan al Islam itu, tidak lain adalah insan-insan yang, oleh Kitab Allah Al Qur’anul Karim, disebut sebagai insan-insan yang diperintahkah untuk ta’at menuruti dan menegakkan At Taurat dan Al Injil.
Disebutkan dalam Surah Al Ma’idah [5]:68 …
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَسْتُمْ عَلَىٰ شَيْءٍ حَتَّىٰ تُقِيمُوا التَّوْرَاةَ وَالْإِنجِيلَ وَمَا أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُمْ ۗ وَلَيَزِيدَنَّ كَثِيرًا مِّنْهُم مَّا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ طُغْيَانًا وَكُفْرًا ۖ فَلَا تَأْسَ عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Katakanlah: “Wahai Ahli Kitab! Kamu tidak dikira mempunyai sesuatu ugama sehingga kamu tegakkan ajaran Kitab-kitab Taurat dan Injil dan apa yang diturunkan kepada kamu dari Tuhan kamu.” Dan demi sesungguhnya, apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu, akan menambahkan kederhakaan dan kekufuran kepada kebanyakan mereka. Oleh itu janganlah engkau berdukacita terhadap kaum yang kafir itu.
Tersebut dalam Surah Al Ma’idah [5]:69 …
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالصَّابِئُونَ وَالنَّصَارَىٰ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang Yahudi, dan orang-orang Saabiein, dan orang-orang Nasrani – sesiapa sahaja di antara mereka yang beriman kepada Allah dan (beriman kepada) hari akhirat serta beramal soleh, maka tidaklah ada kebimbangan terhadap mereka, dan mereka pula tidak akan berdukacita.